Minggu, 14 April 2013

pencemaran air laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan zat penting dalam kehidupan makhluk hidup di dunia ini. Dari hewan yang berspesies terendah sampai yang tertinggi. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman bagi kehidupan manusia di muka bumi. Di lain pihak, lautan merupakan tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi manusia. Pencemaran air terjadi sejak lama dan telah kita ketahui bersama, baik di laut, sungai, danau, bahkan parit di depan rumah kita. Air yang berwarna kecoklatan bahkan hitam seolah-olah sudah menjadi pemandangan yang biasa dan dapat kita lihat sehari-hari. Dalam kehidupan sehari – hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus berstandart 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak kita lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda – benda sampah seperti plastik, sampah organic, kaleng dan sebagainnya. Pemandangan seperti ini sering kita jumpai pada aliran sungai, selokan maupun kolam- kolam. Air yang demikian disebut air kotor atau air yang terpolusi. Air yang terpolusi mengandung zat- zat yang berbahaya yang dapat menyebabkan dampak buruk dan merugikan kita bila di konsumsi. Namun bagi kita, khususnya masyarakat pedesaan, sungai adalah sumber air sehari – hari untuk kelangsungan hidup. Mereka kurang begitu peduli kandungan yang terdapat pada air tersebut. Era globalisasi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan industrialisasi yang semakin pesat. Sebagai contoh, industri pengolahan minyak bumi merupakan salah satu perindustrian yang memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Namun di sisi lainnya industri ini sangat berpotensi mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan laut. Pada umumnya, pengeboran minyak bumi menyebabkan terjadinya ledakan (blow out) di sumur minyak. Ledakan ini mengakibatkan semburan minyak ke lokasi sekitar laut, sehingga menimbulkan pencemaran. Ketika minyak masuk ke permukaan laut maka ekositem laut akan mengalami perubahan fisik, kimia, dan biologis. Minyak tidak dapat larut di air tetapi akan mengapung di atas permukaannya. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran air laut? 1.2.2. Apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran air laut? 1.2.3. Bahaya apa saja yang ditimbulkan oleh air yang sudah tercemar? 1.2.4. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah pencemaran air laut? 1.3. Tujuan 1.3.1. Untuk mengetahui peengertian dari pencemaran air laut. 1.3.2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pencemaran air laut. 1.3.3. Untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh air yang sudah tercemar. 1.3.4. Untuk mengetahui cara pencegahan pencemaran air laut. 1.4. Manfaat 1.4.1. Agar mahasiswa dapat mengatahui pengertian dari pencemaran air laut. 1.4.2. Agar mahasiswa dapat membedakan air yang bersih dan air yang sudah tercemari. 1.4.3. Agar mahasiswa dapat mengetahui bahaya yang ditimbulkan sehingga tidak mencemari lautan. 1.4.4. Agar mahasiswa dapat mencegah pencemaran air laut. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Pencemaran Air Laut Pencemaran air laut merupakan suatu peristiwa masuknya material pencemar seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertanian, dan perumahan ke dalam laut yang bisa merusak lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-macam dalam perairan. Ada yang berdampak langsung dan ada juga yang berdampak tidak langsung. 2.2. Macam-macam Sumber Polutan Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui tumpahan minyak, air penyaring, dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai, dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan organisme perairan, dan air dari balast tank yang bisa mempengaruhi suhu air sehingga mengganggu kenyamanan organisme yang hidup dalam air. Berikut beberapa sumber polutan yang masuk ke laut : 1. Buangan Kapal Kapal dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Antara lain melalui tumpahan minyak, air penyaring, dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai, dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan liar alam, dan air dari balast tank dapat menyebarkan ganggang atau alga berbahaya dan spesies asing yang dapat mempengaruhi ekosistem lokal. Salah satu kasus terburuk dari satu spesies invasif menyebabkan kerugian bagi suatu ekosistem, yang tampaknya tidak berbahaya salah satunya adalah ubur-ubur. Mnemiopsis leidyi, suatu spesies ubur-ubur yang tersebar, sehingga sekarang mendiami muara di banyak bagian dunia. Pertama kali ditemukan pada tahun 1982, dan diduga telah dibawa ke Laut Hitam dalam air pemberat kapal. Populasi ubur-ubur melonjak secara eksponensial dan pada tahun 1988, hal tersebut mendatangkan malapetaka atas industri perikanan lokal. 2. Plastik Bahan pencemar laut lainnya yang juga memberikan dampak yang negatif ke perairan adalah limbah plastik yang bahkan telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80 persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang mengganggu eksositem laut. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari jaring ikan yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut. Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu jala yang sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan juga menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas. 3. Racun Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin, dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel, arsenic, dan kadmium. Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jaring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi serta penyakit yang dapat berbahaya bagi hewan laut bahkan seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam dasar perairan yang berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang terjadi di Teluk Minamata. 4. Eutrofikasi Bahan kimia anorganik lain yang bisa berbahaya bagi ekosistem laut adalah Nitrogen dan Fosfor. Sumber dari limbah ini umumnya berasal dari sisa pupuk pertanian yang terhanyut ke dalam perairan juga dari limbah rumah tangga berupa detergent yang banyak mengandung fosfor. Senyawa kimia ini dapat menyebabkan eutrofikasi. Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan atau pengkayaan nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung Nitrogen atau Fosfor dalam ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya mengganggu kestabilan populasi organisme lain. Karena itu senyawa ini merupakan nutrien bagi tumbuhan air seperti alga dan phytoplankton. Tingginya konsentrasi bahan tersebut menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air ini akan meningkat dan akan mendominasi perairan, sehingga mengganggu organisme lain bahkan bisa mematikan. Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke lingkungan laut dan cendrung menumpuk di muara. The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, serta Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah secara signifikan (red tide) yang membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai. 5. Potensi Keasaman Lautan biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Karena kadar karbon dioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. 6. Polusi Kebisingan Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara. Hewan laut, seperti paus, cen¬derung memiliki penglihatan lemah dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat). Jelas sekarang bahwa sumber pencemaran sangat bervariasi. Tidak hanya dari hal-hal yang menurut kita hanya bisa dilakukan oleh industri besar, namun juga bisa disebabkan oleh aktifitas harian kita. 2.3. Bahaya yang Ditimbulkan oleh Air Tercemar Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah fitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati. Rusaknya estetika laut akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan, dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu mempengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya. Turunnya tingkat pendapatan nelayan karena berbagai jenis ikan mengalami keracunan. 2.4. Cara Pencegahan Pencemaran Air Laut 1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah pemukiman atau perumahan. 2. Pembuangan limbah industri diatur sehinga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem dengan membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). 3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis- jenis pestisida dan zat – zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran. 4. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan. 5. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungannya. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pencemaran air laut merupakan suatu peristiwa masuknya material pencemar seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertanian, dan perumahan ke dalam laut yang bisa merusak lingkungan laut. Beberapa sumber polutan yang masuk ke laut : buangan kapal, plastik, racun, eutrofikasi, potensi keasaman, dan polusi kebisingan. Beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh air yang tercemar : Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat, Penurunan populasi alga dan protozoa, Rusaknya estetika Kerusakan biologis, dan Turunnya tingkat pendapatan nelayan. Beberapa cara pencegahan pencemaran air laut : menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah pemukiman, membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk pabrik dan industry, pengawasan terhadap penggunaan jenis- jenis pestisida dan zat-zat kimia lain, tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan, dan memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup. 3.2. Saran Sebaiknya kita harus berhati-hati dalam menggunakan air yang kita gunakan dalam sehari-hari. Jangan membuang sampah atau juga limbah pada laut. DAFTAR PUSTAKA • Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta : PT Pradnya Paramita • http://www.pencemaran_air_laut/dampak_pencemaran_air_bagi_manusia_dan_lingkungan.html • http://www.bahaya_dan_cara_pencegahan_pencemaran_air-laut.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar